Friday, June 10, 2011

Ibu, aku ingin mengangkat kedua sepatumu pada festival kehidupan



A
ku telah membesar dewasa, namun di mata ibu, diriku tetap anakmu yang masih kecil. Usiaku telah lanjut, namun di pangkuanmu aku tetap persis seorang bayi. Kamulah satu-satunya orang yang mana, air mata, susu dan darahmu mengalir dalam diriku.

Semua manusia melupakanku kecuali kamu, wahai ibuku! Semuanya menentangku kecuali kamu, dunia membenciku kecuali kamu. Demi Allah, wahai ibuku! Aku mengakui: sering kali pipimu berlinangan air mata saat aku pergi, sering kali kamu tidak tidur saat aku jauh darimu, seringkali kamu berjaga malam saat aku sakit.

Demi Allah, wahai ibuku! Saat aku tiba, kamu berdiri di pintu menyambutku dengan linangan air mata bahagia. Jika aku pergi meninggalkan rumah, kamu berdiri mengiringiku dengan hati yang luluh. Demi Allah s.w.t, wahai ibuku! Kamu mengandungkanku di antara tulang-tulangmu pada hari-hari yang meletihkan dan memenatkanmu, lelah dan lemah. Kamu melahirkanku dalam keadaan yang amat sakit dan perit, lalu kamu merangkul dan mendakapku dalam kehangatan pelukan kasih sayang dan kegembiraan sambil kamu tersenyum kegirangan.

Demi Allah, wahai ibuku! Kamu tidak tidur kecuali setelah diriku terlelap, kamu tidak tenang kecuali setelah diriku bahagia. Jika aku tersenyum, dirimu tertawa tanpa kamu mengetahui mengapa aku tersenyum. Jika aku tampak sendu, dirimu menangis padahal kamu tidak mengetahui apa yang terjadi kepada diriku. Kamu memaafkanku, sebelum aku bersalah dan mengampuniku sebelum aku bertaubat, dan bersikap lapang dada sebelum aku mengakui kesalahanku.

Demi Allah, wahai ibuku! Setiap orang yang memujiku, kamu pasti membenarkannya walaupun pujian tersebut menjadikanku seolah-olah persis seorang imam bagi seluruh manusia dan makhluk yang sempurna. Setiap orang yang mencelaku kamu tegas mengingkarinya sekalipun disaksikan oleh orang yang jujur dan dibenarkan oleh orang yang cerdas. Hanya kamu sahajalah yang prihatin tentang segala urusanku, hanya kamulah yang senantiasa memperhatikan diriku.

Demi Allah, wahai ibuku! Aku adalah masalahmu yang terbesar, ceritamu yang indah, angan-anganmu yang cerah. Kamu telah berbuat baik kepadaku, namun kamu tetap memohon maaf di atas kekuranganmu. Cintamu telah  melebur dalam diriku, meskipun kamu sentiasa ingin menganugerahkan yang lebih besar lagi dari itu.

Wahai ibuku! Semoga aku mampu mencuci kedua kakimu dengan air mata kesetiaan, mengangkat kedua sepatumu pada festival kehidupan. Wahai Ibuku! Semoga kematian melewatimu untuk menerjangku, dan semoga kesengsaraan yang akan menghampirimu terjatuh pada tubuhku.

2 comments: